budaya sunda

RELIGIUSITAS KOMUNIKASI
DALAM SAWER OROK


Masyarakat Sunda identik dengan masyarakat muslim karena penduduknya mayoritas beragama Islam. Oleh karena itu dominasi interaksi Sunda dan Islam hampir terjadi dalam seluruh aspek kehidupan tidak terkecuali pada sastra. Dalam sastra misalnya puisi Haji Hasan Mustafa yang menceritakan proses sosial masyarakat, yaitu proses dialogis keyakinan nenek moyang menuju keyakinan Islam (Fadlil, 1996). Contoh lain adalah karya sastra Kyai Haji Ahmad Fadlil puitisasi Qasidah Burdah dari bahasa Arab ke bahasa Sunda yang menjadikan kemudahan pembacaan dan penghayatan mendalam arti Islam dan kepribadian Nabi Muhammad SAW. Sehingga Qasidah Burdah dalam senandung Sunda menjadi pegangan mayoritas pesantren di Tatar Sunda.
Salah satu satra Sunda yang memiliki interaksi dengan Islam adalah tradisi sastra dalam bentuk lisan, seperti Sawer Orok, Sawer Panganten, dan beberapa upacara-upacara adat Sunda. Secara khusus tulisan ini akan mengulas tradisi Sawer Orok sebagai tradisi yang hampir punah di masyarakat Sunda. Sawer Orok telah mengalami interaksi yang mendalam dengan Islam. Sehingga Sawer Orok menjadi bentuk tradisi sastra lisan yang berisi tentang nasihat keagamaan (Wirakusumah, 1985) sebagai dasar pembentukan kepribadian manusia. Sawer (nasihat) Orok (bayi) adalah sebuah komunikasi yang berbentuk doa dan nasehat bagi bayi yang baru lahir yang biasanya disampaikan oleh seorang juru cerita (komunikator) dengan intonasi yang khusus.
Aspek Religiusitas
Mengapa bayi yang baru lahir perlu diberi sawer, padahal bayi belum mampu memiliki pemahaman. Dalam psikologi dikenal bahwa anak yang baru lahir sudah mampu menyerap dan memproses informasi lingkungan sekitar sebagai proses mengembangkan diri (Mueller,2005). Sawer orok adalah upaya pembentukan kepribadian religius sejak dini. Ketika disampaikan Sawer orok akan berguna bukan saja bagi bayi yang baru lahir tetapi juga berguna bagi orang yang mendengarkannya. Salah satu bait-bait Sawer Orok yang merupakan nasihat berbasis nilai-nilai religiusitas (Soeganda, 1982 dalam Fadlil, 1996) adalah sebagai berikut:
Bait pertama,Astagfirllahal-’Adzim (dibaca tiga kali). Bait pertama ini menunjukan aspek pengakuan terhadap Maha Pencipta Allah SWT, yaitu dengan memohon ampun atas segala dosa dan berbagai kesalahan dalam hidup. Sehingga manusia kembali pada kesucian lahir dan batin sebelum menjalani kehidupan yang lebih luas. Bait ini juga menunjukan bahwa Tuhan Maha Pencipta sebagai pangkal dan sumber kekuatan hidup masyarakat sunda.
Bait kedua: Apa numpang hudang rasa, nur bakal jadi cahaya, cahaya
bakal manusa, manusa wawadah Allah (Ayah menitipkan rasa, nur akan jadi
cahaya, cahaya untuk manusia, manusia tempat Tuhan). Bait ini menunjukan harapan tertinggi dari seorang ayah terhadap anaknya agar menjadi manusia yang memiliki kemanfaatan maksimal bagi masyarakat. Sehingga faktor ini yang akan
menjadikan hidup bahagia di dunia dan sekaligus dapat kembali dengan selamat
kepada sang Pencipta.
Bait ketiga: Allah digaibul guyub, awor Allah jeung Muhammad,
Muhammad tunggal cahaya, cahaya bakal manusa (Allah di tempat yang gaib,
bersatu Tuhan dan Muhammad, Muhammad tunggal cahaya, sinar bakal manusa). Bait ini mengenalkan ketauhidan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Gaib yang menjadi sumber inspirasi kehidupan. Allah mengutus Muhammad SAW sebagai representasi nilai-nilai ilahiyah di dunia yang memiliki tugas untuk menyebarkan ajaran-Nya.
Bait keempat: Susul rejeki ti kadim, ala bagjaning ti kudrat, ulah suda
masing to’at,neda ginanjar sapaat (Asal rejeki dari kadim, derajat dari kudrat,
jangan lengah harus ta’at, minta diberi syafa’at). Bait ini memberikan penyadaran bahwa segala situasi kehidupan berasal dari Tuhan. Tuhan yang memberikan rejeki dan berbagai bentuk kebahagiaan. Cara meraihnya adalah dengan menunjukan ketaatan yaitu usaha yang maksimal. Serta dengan didukung doa yang terus-menerus agar pertolongan Tuhan melindungi setiap usaha yang dilakukan oleh manusia.
Bait kelima: Tuh nu itu kebon alas, cawisan utun di alas, rupa-rupa
kadaharan, ngahaja disayagian (lihatlah kebun di hutan, untuk anak tersedia,
bermacam-macam makanan disediakan). Bait ini lebih menjelaskan arena yang disediakan Tuhan untuk kehidupan manusia di alam dunia. Tuhan menyediakan hamparan tanah yang luas dengan berbagai jenis tumbuhan sebagai sumber bekal kelangsungan hidup manusia.
Bait keenam: Matak diayakeun rujak, Utun teh ulah ngalunjak, katambah
dibanding payuung, sing arasih ngariung (sebabnya diadakan rujak, anakku
janganlah nakal, tambahan bersanding payung, semoga cinta berkumpul). Bait ini memberikan nasehat kepada manusia setelah manusia memperoleh segala-galanya dalam kehidupan, seperti kedudukan, harta benda, karir dan sebagainya. Maka ia tidak boleh ”nakal” berbuat curang, merugikan orang lain (KKN), konflik, dan ingin menang sendiri. Sehingga puncak kehidupan kepemilikan akan cinta kepada yang lain dengan menunjukan kerukunan, kesediaan untuk hidup bersanding dengan orang lain di tengah keberagaman, dan kesediaan untuk berbagi dengan orang lain.
Bait ketujuh: Payung tilu ti ibu, watekna mawa rahayu, payung opat nu ti
rama, watekna unggah darajat (Payung tiga dari Ibu, khasiatnya membawa
bahagia, payung empat dari ayah, khasiatnya naik derajat). Bait penutup mengingatkan untuk tidak melupakan pengabdian kepada orang tua. Karena berbagai kebahagian, karir, dan kejayaan di dunia adalah berkat payung (doa) dan bimbingan orang tua. Orang tua memiliki kedudukan yang begitu tinggi untuk mendapatkan penghormatan dari seorang anak yang baik.
Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa Sawer Orok adalah tradisi sastra dengan komunikasi lisan yang bernuansa religius dalam bentuk doa dan nasehat bagaimana membentuk kepribadian. Walapun tradisi ini pada saat sekarang jarang digunakan, karena ada sebagian yang beranggapan tradisi ini tidak ada dalam ajaran agama. Tetapi aktualitas nilai-nilai yang terkandung dalam bait-bait di atas secara substansi merupakan bentuk pengamalan dari ajaran agama. Maka tidak ada salahnya Sawer Orok menjadi tradisi yang perlu dipertahankan dengan metode penyampaian yang lebih melihat kontek jaman.




Komunikasi-Budaya-SUMADIReligiusitas-KOMUNIKASI-Dalam-Sawer-Orok

Kata-kata mutiara kunci keberhasilan :

“Sekiranya kamu berada pada jalan kebenaran, lanjutkan perjuangan dan jangan mundur selangkah pun” (asma’ binti abu bakar)

“Siapkan ,kualitas anda bagi orang lain” (Mario teguh)

“Saya harus sibuk dengan pekerjaan yang membangun kehidupan saya bukan pekerjaan yang merusak hidup saya” (Mario teguh)

“Bahasa penentu pembeda kelas yang sebenarnya” (Mario teguh)

“Keburukan yang membuat kebajikan adalah kebajikan” (Mario teguh)

“Kalau ingin jadi orang yang luar biasa gunakanlah cara-cara yang tidak lazim” (Mario teguh)

“Jangan pernah memberikan merek yang tidak baik pada diri sendiri” (Mario teguh)
“Mengetahui yang tidak disukai dalam hidup sama pentingnya dengan apa yang kita sukai” (Mario teguh)

“Jangan berpihak pada orang yang mengeluh” (Mario teguh)

“Kalau belum bisa ambil pekerjaan yang belum bisa” (Mario teguh)

“Gagal melakukan sesuatu yang besar, lebih mulia daripada berhasil melakukan yang kecil” (Mario teguh)

“Ikhlaskanlah diri anda untuk meniru orang-orang yang berhasil, lalu perhatikan apa yang terjadi” (Mario teguh)

teks pidato sabar

SABAR
والسلام عليكم.... الح

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ اَنْزَلَ اْلقُرْاَن
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ صَاحِبِ اْلبَيَانِ
وَعَلَى اَلِه وَصَحْبِه الَّذِيْنَهُمْ سَعِدُوْ فِى الْجَنَانِ
اَمَّابَعْدُ.
Hadirin wal hadirat rahimakumullah

“hadirat al- qudus” merupakan salah satu surga yang paling dicintai Allah Swt. Surga itu, dihadiahkan bagi manusia yang ketika hidupnya selalu menerima musibah dari Allah dan menerima kenikmatan serta rizki dengan bersyukur. Itu, dapat menjadi motivasi bagi kita agar menghadapi segala ujian dengan tabah, walaupun musibah semakin melimpah, penyakit semakin mewabah. Banjir datang bagi air bah, bahkan gempa pun ikut menggoyah. Kalau sudah seperti ini, apa yang dapat kita lakukan? Mungkinkah kita menyalahkan Tuhan? Oleh sebab itu, topic yang akan saya angkat pada kesempatan ini adalah “sabar” sebagai penawar.

Hadirin wal hadirat rahimakumullah

Dizaman globalisasi ini, yang katanya serba modern, serba instant, serba canggih, serba mutakhir, manusia tak lagi direpotkan dengan masalah-masalah teknologi, tapi,,dibalik semua itu, justru dunia semakin menampakkan kejenuhannya pada kita. Lihatlah,, musibah dimana-mana, bencana alam pun tak jarang terjadi, tsunami, longsor, banjir, gempa bahkan penyakit-penyakit yang dulu tak pernah kita lihat, kini seakan bergantian muncul ke permukaan. Apakah ini ujian ataukah peringatan??
Ingat hadirin, Allah menyatakan dalam al-Quran surat Ar-rum: 4
ظَهَرَ اْلفَسَاد فِى اْلبَرِّ وَاْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِ النَّاسِ

Kerusakan yang nampak di daratan dan di lautan itu akibat ulah tangan manusia juga. Oleh karena itu, mari kita sama-sama menjaga akhlak kita, perbuatan kita, dan tangan kita, agar alam pun bersahabat dengan kita. Tapi, apabila sudah seperti ini, maka “sabar” menjadi obat penawar. Sabar dalam ujian, sabar dalam musibah, sabar dalam berbuat dan sabar dalam maksiat tentu akan menutup jalan menuju kerusakan. Tapi dibalik sabar tentu harus ada ikhtiar agar kita dapat memperbaiki kerusakan itu.




Hadirin walhadirat rahimakumullah

اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ

“sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”, oleh sebab itu serahkan semuanya kepada Allah Swt. Tak ada lagi tempat berlindung selain kepada-Nya. Jadi, marilah kita sama-sama mendekatkan diri kepada Allah dengan bersabar, agar hati tetap terjaga dan perbuatan semakin lebih berharga.

Hadirin walhadirat rahimakumullah

Sekian, uraian dari saya, mudah-mudahaan bias bermanfaat,terima kasih atas perhatiaannya.

Kalau ada jarum yang patah
Jangan disimpan dalam laci
Kalau ada kata-kata salah
Jangan coba-coba lapor polisi


والله الموافق الى اقوام الطريق
والسلام عليكم.... الح

puisi ku

Hidup

Diam hening dipinggir surau
Terdengar senandung suara parau
Riak air mengalir bening
Seia cahaya terang

Jejak-jejak tak jelas kacau
Menyatu bumi berhimpit jasad
Walau resah kurasa silau
Namun tetap ku harus tekad

Ribuan mimpi datang mengawang
Namun tak ada satu terbayang
Kala ku rapuh tak bergeming
Namun pasti ku kan jelang



Kegelapan

Detak-detak waktu nyaring
Menyeruak kabut yang kelam
Meraba-raba tiada kutemu
Sepenggal titik cahaya

Galau hati menderu
Kegelisahan malam menjadi
Angin resah kian mengamuk
Asa yang hilang ditelan angan

Gemuruh naungan semakin menggelegar
Jeritan jiwa bagai menyayat langit
Allahu akbar…allahu akbar
Hanya engkau keteduhan yang ada

Dakwah yang Ideal Bagi Masyarakat Di Zaman Sekarang

Disela-sela kesibukannya Drs. Aang Ridwan, M.Ag salah satu dosen fakultas dakwah UIN SGD Bandung menguraikan pendapatnya berkaitan dengan dakwah yang ideal di zaman sekarang. “Dakwah yang ideal di zaman sekarang dapat terwujud apabila seluruh unsur dakwah juga berjalan dengan ideal, Da’i misalnya. “Da’i yang ideal bukanlah dai yang materialistik, tapi yang ahli dibidangnya”, ujar Aang di ruang kuliah PMI (9/12). Begitupun materi dakwah. Menurutnya materi dakwah yang ideal yaitu materi yang aktual, up to date, dibutuhkan oleh masyarakat sekarang, bersifat universal, tidak konfliktual, dan bisa membangkitkan tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan rekreatif.
Selain da’i dan materi yang ideal, menurut dia mad’u juga harus resfektif, begitupun metode dakwahnya. “Metode dakwah yang ideal yaitu yang bisa menyampaikan ajaran islam dengan baik, tidak selalu monolog atau itu-itu saja”, ujarnya. Karena menurut Aang metode seperti itu adalah metode yang masih bersifat tradisionalis. Dari uraian yang dipaparkan, unsur sarana juga tak lupa ia bahas. Menurutnya, sarana dakwah yang ideal bukan hanya dialakukan ditempat peribadahan seperti mesjid, majelis ta’lim dll. tapi juga bisa dilakukan ditempat lain contohnya di tempat shalat mall-mall yang biasanya tidak disediakan sarana yang baik, sebenarnya mereka yang berada di tempat seperti itu juga membutuhkan dakwah.
Ketika ditanya mengenai unsur media dakwah melalui TV (film atau sinetron) menurutnya itu merupakan media yang sangat efektif. Sinetron atau film menurut Aang mempunyai daya jangkau yang luas dan memiliki daya tarik yang tinggi. Contohnya film “laskar pelangi” yang ia nilai mempunyai muatan religius yang besar, walaupun tidak menyebut dirinya sebagai film dakwah. “Media televisi menjadi PR kita sebagai calon da’i”, ujarnya.